Ticker

6/recent/ticker-posts

Menelisik 3 Perubahan Perilaku Manusia Selama Pandemi

 


Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup ciptaan Tuhan yang diberi akal pikiran. Membaca, mengolah data, makan, berolahraga, melahirkan inovasi baru, dan kegiatan-kegiatan lainnya lahir dari buah pikiran manusia itu sendiri. Termasuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan situasi genting pun, manusia mampu melakukannya. Otak, hati dan fisik bekerja bersamaan untuk mengatur diri agar mampu melewati situasi yang sulit dan menakar seberapa kuat kita dalam berjuang. Tidak bisa dipungkiri, terkadang ada situasi yang tidak pernah kita hadapi sebelumnya, seperti tantangan memasuki usia dewasa, bekerja di kantor baru, dan menata masa depan sendirian. Pertanyaan demi pertanyaan ber-munculan dibenak kita, “sanggupkah kita melakukannya?”. Ingatlah, Tuhan tidak pernah memberi hamba-Nya cobaan yang tidak bisa ia lewati. Tanamkan di benak kita bahwa kita mampu dan kita sanggup bertahan melewati ini semua. Berfokus di situasi pandemi yang sudah melumpuhkan segala kegiatan manusia sejak Maret 2020, mari kita telisik betapa kuatnya kita bertahan melewati rintangan yang ada, dan beradaptasi terhadap hal tersebut. Terdapat 3 hal yang perubahannya drastis sejak terjadinya lock down dan PSBB di seluruh dunia, yaitu:

1. Manusia Menjadi Sangat Konsumtif

Ketika mendengar kata ‘konsumtif’, pasti asumsi kalian adalah hal-hal negatif saja. Tentu, mengonsumsi dan membeli sesuatu secara berlebihan tidaklah baik dari segi kebutuhan dan finansial, namun konsumtif tidak hanya pada aspek yang negatif saja. Maksud dari manusia menjadi sangat konsumtif adalah dari sisi belanja online maupun belanja bulanan, order makanan melalui delivery maupun go-food / grab-food, dan konsumsi internet yang melonjak tinggi sejak diam dirumah menjadi sebuah keharusan. Perintilan barang-barang unik yang terpampang di aplikasi e-commerce pun terlihat semakin menggiurkan, dan tangan ini selalu usil membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Keimpulsifan memang terkadang berujung penyesalan, terutama dalam hal belanja. Namun, hal ini sebenarnya adalah sebuah ”pelarian” dari aktifitas dirumah yang sudah terlalu membosankan. Disamping itu, memesan makanan menjadi sangat mudah melalui aplikasi Gojek dan Grab, serta aplikasi delivery resmi restoran tersebut. Makanan dan minuman (terutama yang manis) menjadi penghibur dikala hati gundah. Jika ada makanan atau minuman yang tidak bisa dibuat sendiri dirumah, memesan adalah jalan keluarnya. Entah sudah berapa puluh kali kita lebih sering memesan makanan daripada memasak sendiri. Begitujuga dengan penggunaan internet untuk streaming online dan mengerjakan tugas. Tidak heran jika dikala pandemi ini, pendapatan Netflix, Telkomsel, XL, dan operator seluler lainnya meningkat tinggi. Dari sini dapat kita ketahui, manusia menjadi sangat konsumtif ketika memiliki kegiatan yang sedikit. 

2. Gaya Hidup Yang Lebih Sehat

Terlepas dari manusia menjadi sangat konsumtif, ada satu hal yang menjadi poin plus ditengah pandemi ini. Diberlakukannya PSBB total maupun lockdown membuat kegiatan menjadi terbatas, sehingga kita akhirnya harus memutar otak, bagaimana agar kehidupan tetap berjalan dan apa yang harus dirubah. Salah satunya adalah gaya hidup yang lebih sehat dari sebelumnya. Kita juga memiliki waktu luang untuk beristirahat dan berolahraga. Sekarang, bisa kita sering lihat banyak orang keliling perumahan maupun ke tempat yang dituju sembari jogging, bersepeda, dan jalan kaki. Selain mengurangi polusi, hal ini juga membantu kita membugarkan tubuh dari jarangnya berolahraga akibat hecticnya kehidupan sebelum pandemi. Tren Bike to Coffee Shop sedang marak dilakukan oleh banyak pesepeda road bike, folding, MTB maupun fixie. Tidak hanya olahraga, waktu luang juga dimanfaatkan untuk belajar sesuatu yang baru. Seperti menjahit, belajar resep masakan baru melalui Youtube, dan melukis. Memasak tidak hanya melatih kesabaran, namun juga ketelitian dan sikap menghargai. Menghargai bahwa tidak semua selera orang itu sama, dan menghargai hasil kerja keras orang lain. Tidak masalah jika kita memesan makanan maupun minuman manis melalui aplikasi, asalkan masih mau belajar untuk memasak dan meracik. Memasak sendiri lebih sehat lho, guys! Juga terjamin kebersihannya, karena dibuat dari kita dan untuk diri kita sendiri.

3. Bekerja Kapanpun dan Dimanapun

Adanya Work From Home (WFH) jelas mematahkan stigma bahwa bekerja harus di kantor setiap hari mulai jam 8 pagi sampai dengan jam 5 sore. Menyelesaikan berbagai tugas dan dokumen nyatanya tidak perlu di sebuah gedung bertingkat dengan durasi yang lama. Pandemi ini mengajarkan kita untuk pintar-pintar mengatur waktu untuk bekerja dan melakukan kegiatan rumah tangga bersamaan, dalam arti berada dirumah pun tetap bisa produktif. Tidak hanya dirumah, coffee shop maupun workspace lainnya dapat dimanfaatkan untuk bekerja. Harus diakui, salah satu kendala terbesar selama Work From Home adalah komunikasi. Sering terjadi misscom dan informasi yang tidak sampai pada tempatnya akibat dari terbatasnya komunikasi secara langsung. Penggunaan Zoom, Google Meet, Microsoft Teams, WhatsApp, dan jejaring sosial lainnya menjadi lebih sering dibandingkan pertemuan langsung. Kita harus beradaptasi dengan model komunikasi seperti ini demi kelancaran pekerjaan. Bekerja kapanpun dan dimanapun bagi pegawai akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang sedikit menguntungkan, ditambah tidak perlu repot memikirkan biaya transportasi dan konsumsi. Namun, ini menjadi tantangan yang berat untuk pemilik usaha dan direktur. Mereka harus berfikir lebih matang dan dalam mengenai rencana-rencana besar kedepannya yang harus tertunda karena pandemi. Untuk beberapa pekerja, Work From Home memang lebih menguras tenaga dan waktu. Namun dikuras dalam hal yang positif, seperti bisa tetap melanjutkan karier sambil mengurus anak dirumah, menyiapkan makanan, dan hal-hal lain yang sempat terbengkalai karena harus berada di kantor 7/24. 

Meskipun kegiatan primer kita sekarang terpaksa dilakukan dari rumah, bukan berarti semangat kita menurun dan menjadi tidak produktif. Menjadi konsumtif bukan hanya soal pelarian dari rasa bosan, tetapi juga untuk lebih mengeksplor produk-produk lokal yang memiliki daya saing tinggi, belajar untuk mengalokasikan uang kedalam hal yang lebih dibutuhkan dan bermanfaat. Memiliki gaya hidup yang sehat tentunya menjadi sebuah anugerah bagi manusia. Tinggal bagaimana cara kita menjaga agar hidup tetap sehat dan rutin berolahraga. Terakhir, mendapatkan waktu lebih luang untuk bekerja kapanpun dan dimanapun, harus dimanfaatkan dengan baik. Kesempatan ini tidak datang dua kali, dan kita harus siap dengan dampak buruknya untuk perusahaan kita juga. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan. Dari 3 poin diatas, manakah yang mendeskripsikan kamu selama pandemi?


Posting Komentar

0 Komentar