Jagad Media - Setelah sukses luar biasa dari The Batman (2022), Warner Bros. dan DC Studios akhirnya merilis sekuel yang telah lama dinanti-nantikan: The Batman: Legacy. Film ini tak hanya melanjutkan kisah Bruce Wayne versi Robert Pattinson, tapi juga membawanya ke level yang lebih gelap, lebih emosional, dan lebih kompleks dari sebelumnya.
Kembali ke Gotham dengan Ketegangan Baru
Robert Pattinson kembali tampil memukau sebagai Batman yang lebih matang namun tetap disiksa oleh masa lalunya. Dalam The Batman: Legacy, Gotham digambarkan lebih suram dan kacau dari sebelumnya, dengan ancaman baru datang dari organisasi rahasia yang dikenal sebagai Court of Owls—kelompok elit yang selama ini bersembunyi di balik bayang-bayang kekuasaan Gotham.
Kisah ini membawa Bruce Wayne menyelami konspirasi kelam yang berkaitan dengan keluarganya sendiri. Film ini bukan hanya tentang perkelahian, tapi juga pencarian identitas dan makna "warisan" yang menjadi tema utama.
Sinematografi Gelap dan Atmosferik
Sutradara Matt Reeves kembali memoles Gotham dengan gaya visual noir-nya yang khas. Penggunaan pencahayaan kontras, musik gelap dari Michael Giacchino, dan tempo narasi yang membangun ketegangan secara perlahan membuat film ini terasa seperti thriller psikologis ketimbang sekadar film aksi superhero.
Setiap adegan terasa sinematik, dan tidak sedikit penonton yang menyebut film ini sebagai “The Dark Knight” versi generasi baru.
Musuh yang Lebih Kompleks
Berbeda dengan Riddler yang menjadi musuh utama di film sebelumnya, kali ini Batman harus menghadapi kelompok elit Court of Owls—organisasi rahasia yang telah mengontrol Gotham selama berabad-abad.
Mereka tak hanya cerdas dan kaya, tapi juga memiliki pasukan pembunuh bernama Talons, yang membuat pertarungan Batman lebih brutal dan berisiko tinggi.
Kehadiran karakter-karakter misterius baru—seperti jurnalis investigatif muda dan detektif dari luar Gotham—menambah lapisan naratif dan membuat film ini terasa seperti teka-teki besar yang pelan-pelan terungkap.
0 Komentar